Suka Gendong Tas di Satu Sisi Ternyata Bisa Bikin Cedera

Kesehatan108 Views

Suka Gendong Tas di Satu Sisi Ternyata Bisa Bikin Cedera Gaya membawa tas di satu sisi tubuh sering kali dianggap sepele, bahkan sudah menjadi kebiasaan banyak orang — terutama di kota besar. Entah karena terlihat lebih santai, praktis, atau sekadar gaya, banyak orang tanpa sadar menumpu beban tas di bahu yang sama setiap hari. Namun di balik kebiasaan sederhana itu, ternyata ada risiko serius yang bisa berujung pada cedera otot, saraf terjepit, bahkan gangguan postur tubuh jangka panjang.

Fenomena ini kini kembali menjadi sorotan setelah sejumlah dokter spesialis ortopedi dan fisioterapis memberikan peringatan tentang bahaya kebiasaan menggendong tas di satu sisi. Mereka menegaskan bahwa tubuh manusia dirancang untuk menyeimbangkan beban secara simetris, dan ketika keseimbangan itu terganggu, efeknya bisa menjalar ke seluruh sistem muskuloskeletal.

“Tubuh manusia tidak dirancang untuk menanggung beban berat secara asimetris setiap hari. Sedikit ketidakseimbangan yang diulang terus-menerus bisa menjadi sumber masalah besar di kemudian hari.”

Kebiasaan Sehari-hari yang Tak Disadari Berisiko

Jika diperhatikan, banyak pekerja kantoran, pelajar, bahkan mahasiswa yang membawa tas hanya di satu sisi tubuh — biasanya di bahu kanan. Tidak jarang, kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun tanpa disadari.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh beberapa universitas di Jepang dan Amerika Serikat, sekitar 70% orang dewasa terbiasa menggendong tas pada sisi dominan tubuhnya. Akibatnya, otot pada bahu, leher, dan punggung bagian atas bekerja lebih keras dibanding sisi lainnya.

Awalnya memang tidak terasa, tapi seiring waktu, tekanan yang tidak seimbang tersebut membuat otot di satu sisi menjadi lebih tegang, sementara sisi lainnya melemah. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan nyeri kronis dan gangguan bentuk tulang belakang.

“Kebiasaan kecil yang kita anggap praktis sering kali justru menjadi sumber dari rasa sakit yang datang diam-diam.”

Penjelasan Dokter Tentang Dampak Postural

Menurut dr. Andre Prasetyo, Sp.OT, seorang dokter spesialis ortopedi dan traumatologi, kebiasaan membawa tas di satu sisi secara terus-menerus dapat memicu skoliosis fungsional, yaitu kondisi di mana tulang belakang tampak melengkung karena ketidakseimbangan otot, bukan karena kelainan struktural.

Ia menjelaskan bahwa tubuh manusia bekerja dalam sistem keseimbangan yang kompleks. Ketika salah satu sisi tubuh terbebani secara berlebihan, maka sisi lainnya akan berusaha menyesuaikan agar posisi tubuh tetap tegak. Namun adaptasi itu tidak selalu sehat.

Akibatnya, otot bahu dan leher di sisi yang menanggung tas akan mengalami tekanan konstan. Selain itu, otot punggung bawah ikut tertarik untuk mempertahankan postur, menyebabkan low back pain atau nyeri pinggang bawah.

“Setiap kali kita menumpu tas di satu sisi, tulang belakang melakukan kompensasi kecil. Jika dilakukan ribuan kali, kompensasi itu berubah menjadi kelengkungan nyata.”

Dampak Jangka Panjang pada Tubuh

Kebiasaan membawa tas di satu sisi tidak hanya memengaruhi bahu dan punggung. Dalam jangka panjang, efeknya bisa menjalar ke bagian tubuh lain, bahkan memengaruhi cara berjalan.

Beberapa dampak yang umum terjadi antara lain:

  1. Nyeri leher dan pundak. Otot trapezius di bahu menjadi tegang dan kaku akibat beban berulang.
  2. Perubahan bentuk bahu. Bahu yang sering menanggung beban berat akan tampak lebih turun dibanding sisi lainnya.
  3. Gangguan saraf. Tekanan pada otot bisa menekan saraf di area leher dan bahu, menimbulkan rasa kesemutan atau kebas.
  4. Ketidakseimbangan panggul. Punggung bawah akan berputar secara kompensatif, menyebabkan panggul miring dan postur tubuh berubah.
  5. Sakit kepala tegang. Ketegangan otot leher bisa menjalar hingga ke kepala, menimbulkan sakit kepala kronis tipe tension headache.

Efek domino ini biasanya muncul perlahan, sering kali baru terasa setelah bertahun-tahun. Itulah sebabnya banyak orang tidak menyadari bahwa penyebab sakit punggung atau bahu mereka berasal dari cara membawa tas yang salah.

“Tubuh punya cara memberi sinyal lewat rasa nyeri. Tapi sayangnya, kebanyakan orang memilih mengabaikannya sampai terlambat.”

Berat Tas yang Aman Menurut Ahli

Selain posisi, berat tas juga menjadi faktor penting. Para dokter merekomendasikan agar berat tas tidak melebihi 10–15% dari berat badan seseorang. Misalnya, jika seseorang memiliki berat badan 60 kilogram, maka berat tas maksimal yang aman hanya sekitar 6–9 kilogram.

Sayangnya, banyak orang membawa tas kerja yang bisa mencapai dua kali lipat dari batas tersebut. Laptop, botol minum, buku, charger, dan berbagai perlengkapan pribadi sering membuat tas menjadi sangat berat tanpa disadari.

Jika beban tersebut dibawa hanya di satu sisi setiap hari, risiko cedera meningkat drastis. Otot dan sendi yang terbebani tidak sempat beristirahat, apalagi jika kebiasaan itu dikombinasikan dengan posisi duduk yang salah saat bekerja di kantor.

“Beban berat bukan musuh utama, tapi cara membawa dan kebiasaan kita lah yang menjadikannya berbahaya.”

Pengaruh pada Remaja dan Anak Sekolah

Kelompok usia yang paling rentan terhadap dampak ini adalah anak-anak dan remaja. Pada usia tersebut, tulang belakang masih dalam tahap pertumbuhan dan mudah berubah bentuk.

Fisioterapis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Sinta Rahayu, S.Ft, mengatakan bahwa banyak pasien remaja yang datang dengan keluhan punggung bengkok atau bahu tidak sejajar akibat kebiasaan membawa tas di satu sisi.

Kondisi ini diperparah oleh berat tas sekolah yang sering melebihi batas wajar. Beberapa siswa bahkan membawa beban hingga 8–10 kilogram setiap hari, dengan posisi miring yang sama berulang kali.

“Kebiasaan yang dimulai sejak bangku sekolah bisa membentuk postur tubuh yang salah sampai dewasa. Karena itu, pendidikan postur seharusnya diajarkan sejak dini.”

Gaya Hidup Modern yang Meningkatkan Risiko

Gaya hidup modern juga memperburuk masalah ini. Banyak pekerja kantoran dan mahasiswa yang membawa laptop di tas selempang, bukan ransel. Posisi tali tas yang hanya menumpu di satu bahu membuat tekanan menjadi tidak seimbang.

Selain itu, penggunaan smartphone yang berlebihan juga memperparah kondisi postural. Saat menatap layar dalam posisi menunduk, leher mengalami tekanan tambahan hingga lima kali lipat. Jika kebiasaan ini dikombinasikan dengan membawa tas berat di satu sisi, risiko cedera meningkat signifikan.

“Kita hidup di zaman di mana hampir setiap hal membuat tubuh membungkuk — dari ponsel, laptop, sampai cara membawa tas.”

Solusi dan Cara Membawa Tas yang Benar

Menurut para ahli ortopedi dan fisioterapis, ada beberapa cara untuk menghindari cedera akibat kebiasaan membawa tas di satu sisi:

  1. Gunakan tas ransel dua tali. Tas ransel membagi beban secara merata di kedua bahu, sehingga tekanan tidak terfokus di satu sisi.
  2. Atur panjang tali dengan benar. Tali tas sebaiknya tidak terlalu panjang agar posisi tas menempel di punggung, bukan menggantung di pinggul.
  3. Ganti sisi secara berkala. Jika tetap ingin menggunakan tas selempang, biasakan bergantian antara sisi kanan dan kiri setiap beberapa jam.
  4. Kurangi isi tas. Hanya bawa barang yang benar-benar diperlukan. Sisanya bisa ditinggalkan di tempat kerja atau disimpan di loker.
  5. Lakukan peregangan. Setelah membawa tas berat, lakukan peregangan otot bahu, leher, dan punggung untuk mengurangi ketegangan.

“Tas ransel yang baik bukan soal merek, tapi soal bagaimana ia menjaga keseimbangan tubuh pemakainya.”

Pentingnya Kesadaran Postur dalam Aktivitas Harian

Dokter juga menekankan pentingnya kesadaran postur dalam aktivitas sehari-hari. Tidak hanya saat membawa tas, tapi juga ketika duduk, berdiri, dan berjalan. Postur tubuh yang benar dapat mencegah banyak gangguan muskuloskeletal.

Postur ideal adalah ketika kepala sejajar dengan bahu, punggung tegak, dan berat badan terdistribusi merata di kedua kaki. Jika salah satu sisi tubuh terbiasa bekerja lebih keras, maka struktur tulang dan otot akan menyesuaikan — dan itulah awal dari ketidakseimbangan.

Beberapa dokter bahkan menyarankan pemeriksaan rutin bagi orang yang sering membawa berat, terutama jika mulai muncul gejala seperti nyeri punggung, bahu kaku, atau sering kesemutan di lengan.

“Kesadaran postur adalah investasi jangka panjang. Tubuh yang tegak hari ini menentukan kualitas hidup kita di masa depan.”

Dampak Psikologis yang Sering Diabaikan

Menariknya, efek dari kebiasaan membawa di satu sisi tidak hanya fisik. Studi di Eropa menemukan bahwa perubahan postur tubuh bisa memengaruhi kondisi psikologis seseorang.

Orang dengan postur miring atau membungkuk cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih rendah dan rentan mengalami stres. Sebaliknya, postur tegak dan seimbang berkorelasi dengan peningkatan energi dan perasaan positif.

Kebiasaan kecil seperti cara membawa ternyata bisa berdampak besar terhadap bagaimana tubuh “berkomunikasi” dengan otak dan emosi.

“Postur tubuh adalah bahasa diam dari pikiran kita. Ketika tubuh seimbang, pikiran pun lebih tenang.”

Tas Peran Fisioterapi dan Latihan Korektif

Bagi mereka yang sudah terlanjur mengalami nyeri akibat kebiasaan ini, fisioterapi menjadi salah satu solusi efektif. Melalui latihan peregangan, penguatan otot, dan terapi manual, postur tubuh bisa dikembalikan ke posisi optimal.

Latihan seperti shoulder retraction, wall slide, dan plank dapat membantu memperkuat otot punggung dan bahu. Namun latihan ini sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan profesional agar tidak memperburuk kondisi.

Selain itu, penggunaan alat bantu seperti posture corrector juga bisa membantu dalam tahap awal perbaikan postur, meskipun tidak disarankan digunakan terus-menerus.

“Fisioterapi bukan hanya soal mengobati nyeri, tapi mengajari tubuh untuk kembali mengenali keseimbangannya.”

Tren Tas Ergonomis Mulai Diminati

Meningkatnya kesadaran tentang kesehatan postur membuat produsen mulai meluncurkan produk dengan desain ergonomis. Tas-tas modern kini dilengkapi dengan bantalan lembut di bahu, sistem distribusi beban merata, serta bahan ringan yang tidak menambah tekanan berlebih.

Beberapa merek lokal bahkan mulai mengusung kampanye “tas sehat” dengan mengedukasi pengguna untuk membawa barang seperlunya dan mengganti sisi secara berkala. Tren ini menunjukkan bahwa kesehatan kini menjadi bagian penting dalam gaya hidup urban.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *