Jakarta, Juli 2025 – Osteoporosis kini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia, khususnya pada wanita usia lanjut. Penyakit ini dikenal dengan istilah “silent disease” karena berkembang secara perlahan tanpa gejala sampai terjadi patah tulang. Dengan semakin bertambahnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia, ancaman osteoporosis harus diwaspadai sejak dini oleh semua kalangan, bukan hanya lansia.
Apa Itu Osteoporosis? Kenali Definisinya

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang menyebabkan penurunan kepadatan dan kualitas tulang secara progresif. Nama “osteoporosis” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang berarti tulang berpori. Saat seseorang mengalami osteoporosis, struktur tulangnya menjadi rapuh, mudah retak, dan kehilangan kekuatan penopang tubuh. Ini terjadi karena proses penghancuran tulang lebih cepat dibanding pembentukan tulang baru. Banyak penderita baru mengetahui dirinya terkena osteoporosis setelah mengalami patah tulang, biasanya di pergelangan tangan, pinggul, atau tulang belakang.
Faktor Risiko dan Penyebab Osteoporosis

Wanita menopause adalah kelompok paling rentan, karena penurunan hormon estrogen menyebabkan tulang kehilangan mineral dengan cepat. Pada pria, penurunan hormon testosteron juga berdampak serupa, meski umumnya lebih lambat. Usia lanjut memperlambat regenerasi tulang sehingga risiko meningkat seiring bertambahnya usia.
Gaya Hidup dan Kondisi Medis
Selain faktor hormonal dan usia, osteoporosis juga dipengaruhi oleh:
- Kurangnya asupan kalsium dan vitamin D dalam makanan sehari-hari.
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan yang merusak proses pembentukan tulang.
- Kurang aktivitas fisik, terutama olahraga yang melatih beban tubuh.
- Penyakit tertentu, seperti gangguan tiroid, ginjal, dan pemakaian obat kortikosteroid jangka panjang.
- Riwayat keluarga dengan osteoporosis meningkatkan risiko pada generasi berikutnya.
Tanda dan Gejala Osteoporosis

Sebagian besar kasus osteoporosis tidak menunjukkan gejala di awal. Namun, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai:
- Tinggi badan yang menyusut secara perlahan akibat kerusakan tulang belakang.
- Postur tubuh mulai membungkuk.
- Nyeri punggung yang tidak hilang-hilang.
- Patah tulang akibat cedera ringan atau jatuh yang biasanya tidak menyebabkan cedera pada tulang normal.
Gejala tersebut sering kali baru muncul setelah kondisi sudah parah. Oleh karena itu, pencegahan dan pemeriksaan rutin sangat penting, terutama pada wanita usia di atas 50 tahun.
Komplikasi Serius Osteoporosis
Patah tulang pada penderita osteoporosis dapat berujung pada komplikasi serius, misalnya nyeri kronis, gangguan mobilitas, cacat tetap, bahkan peningkatan risiko kematian terutama jika terjadi pada tulang pinggul dan tulang belakang. Lansia dengan patah tulang panggul umumnya memerlukan perawatan jangka panjang dan bisa kehilangan kemandirian.
Pemeriksaan dan Diagnosis Osteoporosis
Salah satu cara mendeteksi osteoporosis adalah dengan pengukuran densitas mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) menggunakan alat DEXA scan. Pemeriksaan ini dapat memperkirakan risiko patah tulang dalam waktu dekat dan menentukan apakah seseorang sudah masuk kategori osteoporosis. Selain itu, tes laboratorium darah bisa dilakukan untuk mengevaluasi kadar kalsium, vitamin D, hormon tiroid, dan fungsi ginjal.
Cara Mencegah Osteoporosis: Mulai Sejak Dini
Mencegah osteoporosis harus dimulai sedini mungkin, sejak usia muda. Beberapa langkah efektif meliputi:
- Konsumsi makanan kaya kalsium seperti susu, keju, yogurt, ikan sarden, dan sayuran hijau.
- Cukupi kebutuhan vitamin D dari sinar matahari pagi atau suplemen jika perlu.
- Rutin berolahraga, terutama aktivitas yang melibatkan beban tubuh seperti jalan kaki, lari, dan angkat beban ringan.
- Hentikan kebiasaan merokok dan batasi alkohol.
- Jaga berat badan tetap ideal dan hindari diet ekstrem tanpa pengawasan dokter.
Suplemen dan Terapi Medis
Jika asupan kalsium dan vitamin D dari makanan kurang, dokter bisa merekomendasikan suplemen. Pada kasus risiko tinggi, dokter juga dapat memberikan terapi medis berupa obat bisphosphonates, terapi hormon, atau obat penguat tulang lainnya yang harus dikonsumsi sesuai resep dan pengawasan spesialis.
Tabel: Faktor Risiko dan Cara Pencegahan Osteoporosis
Faktor Risiko | Cara Pencegahan |
---|---|
Usia di atas 50 tahun | Konsumsi kalsium & vitamin D |
Menopause / hormon rendah | Aktif olahraga beban tubuh |
Merokok & alkohol | Stop kebiasaan buruk |
Kurang aktivitas fisik | Rutin berolahraga |
Riwayat keluarga | Skrining dan pemeriksaan dini |
Penyakit kronis | Konsultasi ke dokter rutin |
Penanganan dan Pengelolaan Osteoporosis
Bagi penderita osteoporosis, tujuan utama penanganan adalah mencegah patah tulang dan menjaga kualitas hidup. Selain minum obat sesuai resep dokter, penderita harus mengatur pola makan bergizi, melakukan olahraga ringan yang sesuai kondisi tulang, dan rutin kontrol ke dokter spesialis. Modifikasi rumah, seperti memasang pegangan di kamar mandi dan tangga, dapat mengurangi risiko jatuh di rumah. Selalu konsultasikan setiap gejala baru atau keluhan tulang pada tenaga kesehatan.
Lindungi Tulang, Investasi Masa Depan
Osteoporosis adalah penyakit kronis yang dapat dicegah dan dikendalikan jika diwaspadai sejak dini. Jangan menunggu sampai patah tulang baru sadar pentingnya kesehatan tulang. Selalu terapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, konsumsi nutrisi seimbang, dan lakukan skrining rutin terutama setelah usia 50 tahun. Edukasi keluarga dan masyarakat tentang osteoporosis adalah langkah awal untuk generasi Indonesia yang aktif, sehat, dan mandiri hingga usia lanjut.